Siang itu, saya dan 3 orang teman saya makan siang. Selagi menunggu pesanan datang, kami berbicara tentang pengalaman kami ketika mau memasuki dunia perkuliahan.
Ternyata kami berempat memiliki kesamaan, yaitu sebelumnya sama-sama mencoba berbagai ujian masuk universitas. Ada satu temanku menyeletuk,"Sebenarnya hal-hal kayak gitu buang-buang uang orang tua kita." Nah dari situlah Perdebatan terjadi.
Banyak dari kita memilih universitas negeri. Banyak juga alasannya, satu mungkin kualitas, kedua bisa jadi keinginan pribadi, ada juga yang ingin membanggakan orang tua, dan ada juga karena gengsi.
Demi mengejar universitas negeri, kita banyak mengikuti ujian masuk. Ujian masuk tentu menggunakan biaya. Waktu jaman saya dulu, (setahun yang lalu sih,hehe) yang paling mahal adalah ITB, 800ribu, kemudian ada ujian masuk lainnya, seperti SIMAK, UTUL, SMUP, UMB, SNMPTN,dll rata-rata uang pendaftarannya itu berkisar 300ribuan.
Yang jadi permasalahan debat kami siang itu adalah kemampuan otak masing-masing siswa yang mengikuti ujian masuk itu. Temanku cukup pedas mengatakan,"Kalau dari kelas satu kita sudah males, terus kelas tiganya juga pas-pasan. Sadar diri ajalah gak usah ikut-ikut seperti itu."
Kalimat itu memang terkesan pesimis. Tapi memang sebenarnya banyak dari kita yang hanya mengharapkan keberuntungan dari ujian masuk ini. Tidak salah memang, tapi yang jadi masalah adalah apa kita tega menghabiskan uang orang tua kita.
Kemudian, biasanya kita mengikuti berbagai bimbingan belajar untuk persiapan ujian masuk. Banyak dari kita memiliki berbagai motif, ada yang kesadaran sendiri, disuruh orangtua, diajak teman-temannya, ataupun sekedar ikut-ikutan. Kalau sudah ikut bimbel ini, tentu biayanya pun tidak sedikit
Ini pengalaman pribadi saya, saat itu saya dan teman-teman saya mengikuti salah satu bimbel terkemuka. Rata-rata dari kami memang ingin masuk universitas negeri. Namun kami seperti tidak terlalu serius mengikuti bimbel tersebut. Dan hasilnya, dari sekian belas yang di kelas tersebut, hanya satu yang berhasil. Dia masuk ITB, sisanya swasta, dan sisanya universitas negeri yang mungkin tanpa belajar sungguh-sungguhpun bisa lulus.
Orang tua kita mungkin menyuruh kita untuk ikut ini-itu. Tapi apa sebenarnya kita menyadari bagaimana perasaan orang tua kita? Mungkin nanti saat kita sudah menjadi orang tua, kita bisa merasakannya sendiri.
Kemudian saya dan kedua teman saya menyadari ada benarnya pemikiran teman saya. Kalau dulu saat kami ikut segala ujian masuk universitas ini-itu adalah suatu penghamburan uang orang tua kami. Apalagi dengan ujung-ujungnya masuk universitas swasta. Kenapa gak dari awal aja milih universitas swasta? Mungkin lebih baik daripada segolongan orang yang sok anti dengan swasta karena biaya mahal dan terus mengejar-ngejar negeri, tapi ujung-ujungnya swasta juga. hmm..
Mungkin tidak ada salahnya mencoba. If you are stop trying, you're not better than a coward. Tapi tentu kita juga harus menyadari kemampuan kita serta memikirkan bagaimana pengorbanan orang tua, apalagi kalau kita gagal. Saat ini mungkin di pemikiran kalian masuk negeri cukup bergengsi, namun hidup adalah pilihan. Jalan sudah tersedia, terserah kita mau jalan lurus saja atau nanti belok ke kanan atau ke kiri. Buktinya kami ini sekarang sangat bangga dengan jaket almamater biru kami.Padahal kami sebelumnya juga mengejar negeri.
Ini hanya pemikiran kami berempat yang sebelumnya sudah mengikuti ujian-ujian masuk itu, disini kami hanya ingin berbagi supaya nantinya adek-adek kelas kami tidak merasakan penyesalan seperti kami. Berbagai penyesalan, seperti telah menghamburkan uang orang tua kami.
Ini ada sedikit masukan dari @perdanap yaitu,
1. Tentukan yang pasti universitas mana yang kamu pilih, UI ya UI dan ikuti saja ujian masuk UI itu. Demi efisiensi juga. Jangan labil ikut ini-itu.
2. Persiapkan dengan matang sebelum bertempur. Bayangkan saja bagaimana seorang tentara yang belum latihan sama sekali, tiba-tiba ikut berperang. :D Caranya ya ikut saja berbagai les, kali aja bisa dapat gebetan di tempat les. :p
3. Berdoa dan Berdoa.
Sekian dari kami,
Widget by [ Tips Blogger ]
0 comments:
Post a Comment