Negeri Tanpa Mengantri

Azhar adalah seorang pengembara yang senang berkelana sendirian ke seantero negeri. Ia menjelajahi banyak negeri dan ia sangat menyukai segala kegiatan di negeri yang ia lewati kecuali satu, mengantre. Ia selalu bersungut-sungut dan mengomel sepanjang antrean.

"Ya ampun, lama sekali. Kapan sih giliranku kalau begini?", ia bersungut-sungut ketika suatu pagi ia mengantre di negeri Malagasi. Negeri yang penduduknya sangat banyak, namun memiliki sedikit sumber daya alam. Ia pun tiba-tiba mendapat ide licik.
"Pak, bisakah saya maju lebih dahulu? Istri saya sedang mengandung. Ia memerlukan makanan dengan cepat. Tolong pak, saya mohon." Ia memelas kepada seorang bapak di depannya. Bapak itu pun iba dan mempersilahkan Azhar untuk maju terlebih dahulu. Di depannya kini, ada seorang ibu. "bu, anak saya sedang sakit keras. Ia butuh makanan pagi ini sesegera mungkin. atau kalau telat, sakitnya akan semakin parah." Ia memasang muka memelas agar terlihat meyakinkan. "kasian sekali engkau. Majulah kmu terlebih dahulu." Azhar tersenyum puas dan ia terus melakukan hal licik itu sampai ia dapat bagian terdepan. Ia pun mendapatkan makanan tersebut dan memakannya dengan lahap.

Azhar melanjutkan kembali petualangannya. Sampai di suatu daerah ia sangat merasa kehausan. Ia segera mencari tempat yang menjual minuman. Ternyata disana pun sudah mengantri sekian banyak orang. Dia merasa kesal,"Aaargh, aku sangat benci mengantri. Lama sekali, aku sudah keburu mati kehausan." Lalu ada seorang kakek berkata,"Pergilah kau ke Negeri di utara. Disana tidak perlu mengantri." Azhar senang bukan kepalang. Lalu, ia pun segera kesana. Ia tiba disana tepat saat waktu sarapan. Ada sebuah warung yang baru buka dan Azhar segera menuju ke warung tersebut.

Dia mendengar suara heboh ketika ia sedang berjalan ke arah warung itu. Ternyata, ada banyak orang yang berlari ke arah yang sama dengannya. "Hei, aku duluan! Awas, menyingkir." Suara itu begitu ricuh. Azhar pun ikut berlari dan berebutan di depan warung itu. "Aku yang pertama. Aku yang datang duluan." "Oh tidak bisa, aku yang terlebih dahulu datang." Semua orang mengklaim dirinya yang datang terlebih dahulu. Kontak fisik pun tak terelakkan, yang kemudian menyebabkan perkelahian. Azhar yang telah terlanjur berada di tengah-tengah kerumunan tiba-tiba ingat ide liciknya. "Aku sedang sakit parah, biarkan aku terlebih dahulu." "Aku sedang sakit gigi." "Aku sedang sakit kepala."  Ya, ternyata tidak mengantri itu ternyata lebih membawa kekacauan karena semua orang ingin lebih dahulu. Maka dari itu, budayakanlah mengantri. Kebudayaan suatu bangsa juga dilihat dari bagaimana mereka mengantri.

Read this | Baca yang ini



Widget by [ Tips Blogger ]

1 comments:

Cerpen anda ini sama persis dengan cerpen judul sama di majalah bobo. Bener kan

Post a Comment

 
hostgator coupon