Kerusuhan yang terjadi kala Persib vs Arema tanggal 20 Januari kemarin mengingatkan suatu kejadian yang dialami oleh Aremania. Walaupun Aremania dengan nama besarnya, namun mereka juga pernah melakukan suatu kesalahan yang fatal. Namun, dari kesalahan itu mereka belajar untuk menjadi lebih dewasa.
Sekitar dua tahun yang lalu saat pertandingan Antara Arema Malang Vs Persiwa Wamena di gelar di Stadion Brawijaya Kediri ribuan Aremania turut memberikan dukungan kepada skuad Singoedan, stadion milik Persik tak ubahnya kandang sendiri, betapa tidak, stadion yang biasanya di penuhi warna Ungu di padati dengan birunya Aremania. Namun dukungan yang di harapkan tidaklah sampai selesai 90 menit,.
Kerusuhan mewarnai pertandingan Arema melawan Persiwa di Stadion Brawijaya Kediri pada 17 Januari 2008. Wasit Jajat Sudrajat harus menghentikan pertandingan pada menit 69 ketika penonton yang sebagian besar Aremania menyerbu masuk ke Stadion. Aparat keamanan tak mampu membendung ribuan suporter yang meringsek masuk ke dalam Stadion. Wasit Jajat Sudrajat bersama pembantu wasit dan perangkat pertandingan harus dilarikan ke luar Stadion karena diburu oleh para suporter.
Melihat pertandingan dihentikan, ribuan penonton langsung menyerbu ke tengah lapangan. Tujuan mereka adalah memburu wasit dan perangkat pertandingan. Mereka mengamuk karena kecewa dengan kepemimpinan wasit yang sering membuat keputusan yang merugikan Arema. Tiga gol Arema dianulir wasit Jajat, belum lagi satu penalti yang seharusnya diperoleh Arema setelah Ellie Aiboy dilanggar dengan keras di kotak penalti Persiwa.
Sejak pertandingan dimulai, wasit Jajat sering membuat keputusan yang merugikan Arema. Tentu saja para penonton kecewa dengan keputusan tersebut. Kerusuhan dimulai saat ketika wasit menganulir gol Arema setelah terjadi kemelut di depan gawang Persiwa. Wasit Jajat Sudrajat menganulir gol tersebut setelah asisten wasit I Yuli Suratno. Keputusan tersebut menyulut kemarahan Aremania, karena sebelumnya gol Arema yang dicetak Ellie Aiboy sudah dianulir.
Penonton kemudian turun ke lapangan memukul asisten wasit I tersebut hingga terkapar. Yuli kemudian ditandu ke dalam ruang kesehatan untuk mendapat perawatan. Akibatnya, pertandingan ditunda sekitar 15 menit setelah pengawas pertandingan memutuskan Yuli diganti Suhadi Yunus. Pertandingan pun dilanjutkan. Kendati keputusannya mengundang emosi penonton, wasit Jajat masih sering membuat keputusan controversial. Salah satunya, heading Mbamba yang masuk ke gawang Charles Woof, langsung dianulir wasit setelah melihat asisten wasit II Sumarman mengangkat bendera. Hal itu menimbulkan reaksi penonton di tribun timur.
Aksi lempar pun dimulai, tapi tidak sampai membuat pertandingan dihentikan. Penyulut kerusuhan justru keputusan Sumarman yang mengangkat bendera tanda bola out saat umpan tarik Jainal Ikhwan menerpa mistar gawang dan bola kembali ke tengah lapangan. Jelas sekali bahwa bola kembali ke dalam lapangan tapi pembantu wasit menganggap out. Inilah yang membuat amarah penonton meluap. Penonton di tribun Timur mulai melempari Sumarman. Pembantu wasit itu kemudian berlari ke tengah lapangan minta perlindungan.
Tanpa diduga, ada seorang penonton yang masuk ke dalam lapangan menyongsong wasit dan langsung menghantamnya. Kerusuhan pun meledak. Dari seluruh sudut lapangan penonon menyerbu masuk ke dalam lapangan. Pagar lapangan dari kawat BRC tak mampu menahan gempuran penonton. Semua pagar roboh dan penonton pun meringsek ke dalam lapangan mengejar wasit dan perangkat pertandingan. Mereka juga melempar dengan botol minuman dan batu. Sayang, lemparan itu juga menimpa para pemain Arema. Kapten Alex Pulalo luka di kaki, sedangkan kiper Hendro Kartiko luka di kepala. Pelatih Joko Susilo terkena lemparan di tengkuknya. Suasana kacau itu berlangsung sampai beberapa menit disertai dengan batu yang berterbangan di sekitar ruang ganti. Bukan hanya melempar, mereka juga membakar barang-barang yang ada di lapangan.
Aparat keamanan pun tampaknya kurang sigap dengan kondisi ini. Mereka tidak segera mengantisipasi ketika penonton mulai melakukan pelemparan, bahkan sampai ada yang turun ke lapangan. Melihat aparat keamanan yang lunak itu membuat penonton semakin nekat masuk ke dalam lapangan. ‘’Petugas keamanan tidak siap dengan kondisi ini, kalau saja saat ada penonton yang masuk ke lapangan itu langsung dihadang, suasananya tidak parah begini’’ keluh sorang penonton di tribun VIP.
Aksi kemarahan juga berlanjut di luar lapangan. Penonton yang marah itu melempari rumah-rumah yang ada di sekitar lokasi parkir bus yang ditumpangi suporter. Aksi lempar juga terjadi di jalan raya menuju luar kota ke arah Malang. Kaca rumah hancur dilempari penonton yang marah.
Karena kejadian di atas Aremania di hukum oleh Komdis PSSI selama dua tahun, dan pada Sabtu,16 Januari 2010 hukuman yang di berikan kepada mereka telah usai, dan pada hari yang sama itu Aremania akan melakukan konvoi Kemerdekaan, sebagai bentuk perayaan atas kebebasan dari sanksi yang di jatuhkan, perlu di ketahui beberapa bulan yang lalu saat Ketua Umum Nurdin Halid terbebas dari hukuman, ia berencana memberikan Grasi berupa peringanan hukuman kepada pendukung Arema Malang, namun mereka dengan tegas menolaknya, mereka akan menjalankan sanksi sesuai aturan yang di terapkan, agar bisa menjadi contoh supporter lain di Indonesia.
Selama mendapatkan sanksi Aremania tidak di perkenankan memasuki stadion dengan menggunakan kaos bertuliskan Aremania, spanduk, syal dan atribut lainnya yang berwarna biru atau yang berhubungan dengan Arema, sehingga selama mendapat sanki mereka”Aremania.red” mengatakan dirinya WONG MALANG, saat mendukung singo edan.
Bukan Aremania jika tidak kreatif, selama masa hukuman, mereka kerap kali mengenakan Baju Batik, dan atribut2 kreatif lainnya, tak pula mereka juga membawa Bendera Merah Putih sebagai pengganti Syal Biru kebanggaan Arek-arek Malang,dan hingga sekarang stadion Kanjuruhan maupun stadion-stadion lain saat Arema bermain kandang/tandang nampak bisa kita lihat, jika ada bendera merah putih di sana, itulah Aremania yang sedang mendukung Singoedan Arema.
Dalam perjalanannya mendukung Arema, Aremania(dalam masa hukuman di sebut Wong Malang), tetap saja stadion tidak pernah sepi, sekalipun kosong tidak sampai setengahnya. Ya, sekali lagi Loyalitas Tanpa Batas dari Aremania. Hukuman yang tidak membuat mereka berhenti berkreativitas.
Widget by [ Tips Blogger ]
2 comments:
SALAM SATU JIWA!!!
oyi, SASAJI KER..
Post a Comment