Apa yang akan kau lakukan ketika orang yang kau cintai mencintai sahabatmu sendiri?
Marah?
Kesal?
Kau berhak untuk itu!
Kau sangat-sangat berhak!
Ketika orang yang sangat sangat sangat kau cintai, yang sudah beberapa bulan dekat denganmu, ternyata malah menyukai sahabatmu dan dalam waktu singkat menjalin hubungan, kau berhak sekali untuk marah!
Kau punya hak untuk membenci mereka!
Kau punya hak untuk menolak berhubungan dengan mereka lagi seumur hidupmu.
Karena, asal kau tahu, kalau kau belum pernah merasakannya; INI SAKIT SEKALI.
Seperti ditusuk dari belakang.
Seperti dikhianati.
Sakit sekali, kau tahu?
Kau akan menangis sepanjang malam hingga tertidur.
Dan ketika paginya terbangun, kau akan berharap semuanya hanya mimpi, tapi, tidak, ini bukan mimpi, ini kenyataan, yang kau tak sanggup hadapi.
Kau akan berharap kau amnesia dan kehilangan ingatan tentang kenanganmu dengannya.
Ketika kau diajak makan, ketika kau dan dia saling berbicara dan tertawa-tawa di tengah malam, ketika kau diajak menemaninya jalan-jalan, ketika kau dan dia saling berkirim pesan dari bangun pagi hingga tidur lagi, ketika kau diajak menemaninya ngobrol, ketika ia datang di malam hari dan bercerita tentang kegelisahannya...
Semua kenangan yang awalnya indah itu. Tidak akan indah ketika kau mengingatnya selagi kau tahu dia sekarang adalah pacar sahabatmu.
Dan kau akan menyesal pernah mengenalnya. Kau akan benar-benar menyesal, dan berharap kembali ke masa lalu dimana kau tidak mengenalnya. Dimana kau tidak bertemu dengannya. Dimana kau bahagia meski tidak mencintainya.
Karena bagaimanapun dia tak tahu betapa kau merindukannya. Dia tak tahu, ketika dia sedang senang, hatimu bersedih. Dia tak tahu, ketika dia sedang gembira, ada hati yang kecewa. Dia tak tahu, ketika hatinya jatuh cinta, justru ada hati yang sedang terluka. Dia tak tahu, bahwa sejak dulu, ada yang selalu menyayanginya, apapun keadaannya, bahkan sebelum dia mengenal kekasihnya sekarang. Dia tak tahu, atau tak sadar, bahwa sejak dulu, ada yang selalu ada untuknya. Yang menolak mempercayai hatinya yang ternyata menyukai dia. Yang dengan bodohnya membagi separuh hatinya untuk dia. Yang telah membiarkan hatinya jatuh untuknya, bahkan sebelum ia menyadari itu.
Lalu siapa yang harus disalahkan?
Dia? Dan kemudian ia mengelak dan bicara, “jatuh cinta tak pernah salah!”
Kekasihnya? Dan kemudian ia mengelak dan bicara, “kupikir kamu tak pernah menyukainya...”
Lalu?
Kita?
Kamu?
Saya?
Tidak ada yang benar-benar salah dan benar-benar BENAR dalam kasus ini... hanya saja, kalau memang, KALAU MEMANG, ada yang harus disalahkan...
SAYA akan menyalahkan DIRI SAYA SENDIRI.
31 Oktober 2011
*ketika hujan turun dengan deras, sampai untuk mendengar suara hati pun susah*
Widget by [ Tips Blogger ]
0 comments:
Post a Comment