Jangan pernah jatuh cinta kalau tak mau patah hati. Itulah kurang lebih nasehat nenek saya: boleh memanjat pohon mangga dan menikmati manis buahnya tapi kalau jatuh tidak boleh menangis. Itulah yang saya alami saat ini, jatuh cinta dan kemudian patah hati. Ada rasa sakit tapi saya tidak boleh menangis. Padahal ada tugas yang harus saya kumpulkan minggu depan tetapi setiap membuka Komputer pikiran saya selalu kepadanya, tidak bisa konsentrasi, ada rasa kehilangan yang mengiris hati.
Saya patah hati karena saya jatuh cinta. Mengapa dulu saya jatuh cinta?
Susah jawabnya. Kalau sang panah asmara telah terlepas dari busur Cupid siapa yang bisa menghindarinya. Kalau sudah tertancap di hati mampukah kita mencabutnya secara paksa. Mungkin saya jatuh cinta karena ada beberapa persamaan, mungkin karena dia indah bagai burung merak.Itulah jatuh cinta saya dan patah hati saya hari ini pada Arsenal yang lahir pada bulan Oktober 1886. Kecintaan saya pada Arsenal yang selalu bermain indah dan elegan bagai burung merak Inggris juga ditambah karena kesukaan saya pada Arsene Wenger.
Why do I love you?
Mengapa saya tidak jatuh cinta pada MU atau Chelsea atau klub-klub besar lainnya? Memang sulit jawabnya. MU jelas klub besar dan kemungkinan besar akan menyandang status tiga gelar juara musim ini menurut pelatihnya. Chelsea juga sebuah klub besar yang menyandang status gelar juara Liga Inggris tahun lalu tapi kenapa saya tak menaruh hati padanya? Atau mengapa saya tidak kepencut Liverpool sebuah klub yang mempunyai sejarah panjang dengan banyak gelar kejuaraan?
Mungkin jawabnya senderhana: cinta saya untuk keindahan cinta saja bukan untuk status juara. Meskipun jujur saya patah hati dan menangis bersamanya malam ini karena Arsenal kehilangan harapan menyandang status juara piala Carling.
Masihkah ada harapan?
Meskipun hampir tidak mungkin kelihatannya, namun masih ada harapan. Walaupun harapan itu sangat samar. Harapan yang pertama adalah status juara Liga Inggris, meskipun harus bekerja keras sendiri tapi tentu saja menjuarai Liga Inggris adalah menunggu kejatuhan sang raja yang sekarang berkuasa, MU. Kalau MU tidak jatuh dari tahtanya sangat sulit bagi Arsenal mendapatkan tahta juara.
Harapan yang kedua adalah gelar juara piala FA. Mudahkah mencapainya? Tentu saja tidak. Pertandingan dengan Lyton Orient bisa diibaratkan pertempuran Daud dan Goliath, si lemah melawan si kuat yang berperisai dan bersenjata lengkap. Namun jangan salah, dalam pertempuran semacam ini kadang yang kuat kalah dan yang lemahlah yang menghancurkan harapan karena manusia mempunyai sifat sombong dan kadang meremehkan yang lemah. Semoga pada pertandingan kedua nanti si kuat akan memang. Namun inipun bukan jalan yang lapang karena sesudah itu Arsenal harus menghadapi sang Raksasa, MU.
Harapan yang ketiga adalah status juara Liga Champions. Inipun tak kalah sulitnya. Meskipun menang pada laga pertama melawan Barcelona, untuk melaju ke babak berikutnya Arsenal berhadapan dengan raksasa terkuat Eropa saat ini, FC Barcelona.
Meskipun redup harapan untuk menyandang status juara masih ada. Ahh… apapun hasilnya, meski tak menyandang status juara I will always love you. Aku mencintaimu bukan karena status juaramu. Aku mencintaimu karena cinta. Itu saja. Tetaplah menari dengan indah bagai burung merak Britania Raya.
sumber : google.com
Tulisan ini khusus buat temanku yang the gooner --> Risti
Tulisan ini khusus buat temanku yang the gooner --> Risti
Widget by [ Tips Blogger ]
0 comments:
Post a Comment