SEJARAH tercipta bagi Portugal di pentas Eropa. Untuk kali pertama, dua wakil negeri Seleccao-nya Eropa tersebut mampu menempatkan dua wakil di ajang final turnamen antarklub di Benua Biru tersebut.
Kali ini, yang membuat mereka bangga adalah perjalanan FC Porto dan Sporting Braga. Keduanya bakal bertemu di partai akhir alias All Portuguese Final di level Europa League, yang akan dihelat di Durbin Arena, 18 Mei mendatang.
Dua tim bergaya menyerang tersebut sukses melaju setelah menyingkirkan lawan-lawan mereka di babak semifinal. FC Porto sukses menyingkirkan satu-satunya wakil Spanyol, Villarreal dengan aggregat 7-4. Pada leg 2, Jumat (6/5) dinihari WIB, pasukan Andre Villas Boas tersebut kalah 2-3, di Estadio El Madrigal. Tiga gol tuan rumah dilesakkan Cani pada menit ke-17, Joan Capdevilla (75’) dan penalti striker Giuseppe Rossi, sepuluh menit sebelum bubaran.
Namun superioritas Porto sudah sempat terlihat tatkala mereka mampu unggul 2-1 pada 50 menit awal. Hulk menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-40, sementara Radamel Falcao menjebol jala Diego Lopez, tiga menit usai rehat.
Prestasi mengesankan dicatat Falcao. Ia sukses melewati catatan rekor top skor sebelumnya, Juergen Klinsmann (16 gol) yang terjadi pada musim 1995/1996. Kini, pria berumur 25 tahun tersebut sudah mengoleksi 17 gol, dan kemungkinan masih bisa mempertajam, karena masih ada satu partai lagi di Dublin, dua pekan mendatang.
“Falcao hebat, semua pemainku bermain maksimal meski sebenarnya kekalahan ini tak boleh terjadi. Saya sangat bangga dengan para pemainku, mereka layak mendapat hasil objektif seperti ini. Kami berhasil keluar dari tekanan Villarreal dan sekarang akan berhadapan dengan Braga di partai final. Tentu saja tak mudah, tak seperti di partai liga. Mereka terbukti tim hebat karena sudah menyingkirkan Sevilla Liverpool, Benfica dan punya pengalaman di Liga Champions. Partai final yang sangat mengesankan dan pasti akan berlangsung ketat,” ucap Andre Villas-Boas, pelatih Porto, di situs UEFA, kemarin.
Pelatih yang disebut-sebut sebagai The New Mourinho tersebut tidak asal ucap. Lawan mereka di partai puncak, Braga tampil brilian saat menaklukkan Benfica. Di leg 2, yang dihelat di AXA Arena, gol tunggal gelandang Castro Custodio pada menit ke-18, sudah cukup untuk mengantar mereka ke Dublin. Skor akhir memang 2-2, tapi Os Arcebispos unggul agresifitas di kandang lawan, dengan menabung satu gol di Estadio Da Luz. Walhasil, ambisi Domingos Paciência untuk membayar kegagalan di Liga Champions tinggal selangkah lagi.
“Kami akan bertemu dengan saudara sendiri, dan tentu saja sangat menarik. Rivalitas kami musim ini cukup ketat, dan saya yakin anak buahku akan membalas sakit hati karena gelar liga kami direbut mereka. Kami menang karena tak perna menyerah, dan itu akan kami buktikan lagi di partai final nanti,” tutur Paciência.
Braga memang muncul menjadi kekuatan baru di kancah Eropa.
Setelah gagal di fase grup Liga Champions, permainan mereka sangat solid. Kuartet lini belakang yang diisi Angelo Moita Miguel Garcia, Junior Afonso Santos Paulao, Valdelomar Junior Alberto Rodriguez dan Silvio sangat rapat. Begitu juga dengan kreatifitas lini gelandang yang diperankan Hugo Viana, Castro Custodio dan Marcio Mossoro, mampu mendukung pasokan bola pada Alan, Albert Ze Meyong dan Lima. Pola 4-3-3 inilah yang akan membuat pertarungan di tapak pamungkas nanti bakal berlangsung ramai.
Catatan final tim senegara:
1971/72
Wolverhampton Wanderers FC 1-2 Tottenham Hotspur FC
Tottenham Hotspur FC 1-1 Wolverhampton Wanderers FC
(Tottenham menang aggregat 3-2)
1979/80
VfL Borussia Mönchengladbach 3-2 Eintracht Frankfurt
Eintracht Frankfurt 1-0 VfL Borussia Mönchengladbach
(agg 3-3, Eintracht menang gol tandang)
1989/90
Juventus 3-1 ACF Fiorentina
ACF Fiorentina 0-0 Juventus
(Juventus menang aggregat 3-1)
1990/91
FC Internazionale Milano 2-0 AS Roma
AS Roma 1-0 FC Internazionale Milano
(Inter menang aggregat 2-1)
1994/95
Parma FC 1-0 Juventus
Juventus 1-1 Parma FC
(Parma menang aggregat 2-1)
1997/98
FC Internazionale Milano 3-0 S.S. Lazio
2006/07
Sevilla FC 2-2 RCD Espanyol
(Sevilla menang penalti 3-1)
Kali ini, yang membuat mereka bangga adalah perjalanan FC Porto dan Sporting Braga. Keduanya bakal bertemu di partai akhir alias All Portuguese Final di level Europa League, yang akan dihelat di Durbin Arena, 18 Mei mendatang.
Dua tim bergaya menyerang tersebut sukses melaju setelah menyingkirkan lawan-lawan mereka di babak semifinal. FC Porto sukses menyingkirkan satu-satunya wakil Spanyol, Villarreal dengan aggregat 7-4. Pada leg 2, Jumat (6/5) dinihari WIB, pasukan Andre Villas Boas tersebut kalah 2-3, di Estadio El Madrigal. Tiga gol tuan rumah dilesakkan Cani pada menit ke-17, Joan Capdevilla (75’) dan penalti striker Giuseppe Rossi, sepuluh menit sebelum bubaran.
Namun superioritas Porto sudah sempat terlihat tatkala mereka mampu unggul 2-1 pada 50 menit awal. Hulk menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-40, sementara Radamel Falcao menjebol jala Diego Lopez, tiga menit usai rehat.
Prestasi mengesankan dicatat Falcao. Ia sukses melewati catatan rekor top skor sebelumnya, Juergen Klinsmann (16 gol) yang terjadi pada musim 1995/1996. Kini, pria berumur 25 tahun tersebut sudah mengoleksi 17 gol, dan kemungkinan masih bisa mempertajam, karena masih ada satu partai lagi di Dublin, dua pekan mendatang.
“Falcao hebat, semua pemainku bermain maksimal meski sebenarnya kekalahan ini tak boleh terjadi. Saya sangat bangga dengan para pemainku, mereka layak mendapat hasil objektif seperti ini. Kami berhasil keluar dari tekanan Villarreal dan sekarang akan berhadapan dengan Braga di partai final. Tentu saja tak mudah, tak seperti di partai liga. Mereka terbukti tim hebat karena sudah menyingkirkan Sevilla Liverpool, Benfica dan punya pengalaman di Liga Champions. Partai final yang sangat mengesankan dan pasti akan berlangsung ketat,” ucap Andre Villas-Boas, pelatih Porto, di situs UEFA, kemarin.
Pelatih yang disebut-sebut sebagai The New Mourinho tersebut tidak asal ucap. Lawan mereka di partai puncak, Braga tampil brilian saat menaklukkan Benfica. Di leg 2, yang dihelat di AXA Arena, gol tunggal gelandang Castro Custodio pada menit ke-18, sudah cukup untuk mengantar mereka ke Dublin. Skor akhir memang 2-2, tapi Os Arcebispos unggul agresifitas di kandang lawan, dengan menabung satu gol di Estadio Da Luz. Walhasil, ambisi Domingos Paciência untuk membayar kegagalan di Liga Champions tinggal selangkah lagi.
“Kami akan bertemu dengan saudara sendiri, dan tentu saja sangat menarik. Rivalitas kami musim ini cukup ketat, dan saya yakin anak buahku akan membalas sakit hati karena gelar liga kami direbut mereka. Kami menang karena tak perna menyerah, dan itu akan kami buktikan lagi di partai final nanti,” tutur Paciência.
Braga memang muncul menjadi kekuatan baru di kancah Eropa.
Setelah gagal di fase grup Liga Champions, permainan mereka sangat solid. Kuartet lini belakang yang diisi Angelo Moita Miguel Garcia, Junior Afonso Santos Paulao, Valdelomar Junior Alberto Rodriguez dan Silvio sangat rapat. Begitu juga dengan kreatifitas lini gelandang yang diperankan Hugo Viana, Castro Custodio dan Marcio Mossoro, mampu mendukung pasokan bola pada Alan, Albert Ze Meyong dan Lima. Pola 4-3-3 inilah yang akan membuat pertarungan di tapak pamungkas nanti bakal berlangsung ramai.
Catatan final tim senegara:
1971/72
Wolverhampton Wanderers FC 1-2 Tottenham Hotspur FC
Tottenham Hotspur FC 1-1 Wolverhampton Wanderers FC
(Tottenham menang aggregat 3-2)
1979/80
VfL Borussia Mönchengladbach 3-2 Eintracht Frankfurt
Eintracht Frankfurt 1-0 VfL Borussia Mönchengladbach
(agg 3-3, Eintracht menang gol tandang)
1989/90
Juventus 3-1 ACF Fiorentina
ACF Fiorentina 0-0 Juventus
(Juventus menang aggregat 3-1)
1990/91
FC Internazionale Milano 2-0 AS Roma
AS Roma 1-0 FC Internazionale Milano
(Inter menang aggregat 2-1)
1994/95
Parma FC 1-0 Juventus
Juventus 1-1 Parma FC
(Parma menang aggregat 2-1)
1997/98
FC Internazionale Milano 3-0 S.S. Lazio
2006/07
Sevilla FC 2-2 RCD Espanyol
(Sevilla menang penalti 3-1)
Widget by [ Tips Blogger ]
0 comments:
Post a Comment