Tragedi Trisakti 12 Mei 1998
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Saatku Patah Hati
Patah hati. Momen terburuk yang pasti dialami hampir setiap orang yang pernah jatuh cinta. Inilah ceritaku saat patah hati.
Info UMB 2011
Musim ujian masuk tahun ini telah datang. Ada berbagai jalur yang disediakan oleh masing-masing universitas, ada yang melalui SNMPTN Undangan, SNMPTN Tertulis, Ujian Lokal, ataupun Ujian Masuk Bersama.
Galeri Foto Final Liga Champions 2010/2011
arcelona mengukuhkan dirinya sebagai raja Eropa setelah mengalahkan Manchester United 3-1 di final Liga Champions. Stadion New Wembley menjadi saksi bisu kedigdayaan tim catalan malam itu. Berikut beberapa foto pertandingan tadi malam
Bersiaplah Menghadapi SIMAK UI
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) baru saja usai. Lebih dari 500 ribu pelajar dari berbagai pelosok nusantara bersaing untuk merebut bangku perguruan tinggi negeri (PTN)
Makna Angka 19
Legenda Indonesia Widodo C. Putro
Tempat, tanggal lahir: Cilacap, 8 November 1970
Istri: Adna Rohani Tucunan
Anak:
- Eaglian Daniel C. Putro
- Anya Aurellia Putri
- Warna Agung (1989-1993)
- Petrokimia Gresik (1992-2000)
- Persija Jakarta (2000-2003)
- Pra-Olimpiade dan SEA Games Filipina (1991)
- Piala Asia Uni Emirat Arab (1996)
- SEA Games Jakarta (1997)
- SEA Games Brunei (1999)
- Petrokimia Gresik (2004/2005)
sumber: ultrasgresik.web.id
Video gol indah Widodo C. Putro saat Piala Asia 1996
David Trezeguet, Legenda Juventus
Trezegol, Seorang Legenda Juventus
Ketergantungan Milan Pada Ibrahimovic
PSSI Dibekukan, Arema Tekor
Menurut Pelaksana Harian PT Arema Indonesia, Abriadi Muhara, yang juga merangkap asisten manajer klub Singo Edan, pembekuan PSSI menjadi bukti pemerintah tidak adil.
“Seharusnya Menteri Negara Pemuda dan Olahraga jadi penengah yang baik, yang bisa memberikan solusi yang adil bagi semua pihak. Sekarang masalah jadi tambah rumit karena yang rugi kita semua,” kata Abriadi Muhara, Selasa (29/3) seperti dilansir dari tempointeraktif.
Kerugian terbesar dialami klub-klub peserta semua kompetisi di bawah naungan PSSI, khususnya bagi Arema, Persipura Jayapura, dan Sriwijaya FC.
Ketiga klub papan atas ini tak hanya bermain di Liga Super Indonesia (LSI), tapi juga bermain di tingkat Asia. Arema berlaga di Liga Champion Asia (LCA), sedangkan Persipura bertanding di Piala AFC—satu tingkat di bawah LCA.
Abriadi menegaskan, “Arema, Persipura, dan Sriwijaya itu tidak hanya mempertaruhkan nama klub dan kebanggaan pendukungnya, tapi juga membawa nama negara ke pentas dunia. Ini kan pertaruhannya besar sekali bagi masa depan persepakbolaan kita.”
Khusus Arema, kerugian yang dialami Arema bersumber dari kemungkinan hilangnya pemasukan besar dari penjualan tiket pertandingan di saat Arema sangat membutuhkan dana besar untuk membiayai operasional klub yang akan berulang tahun ke-24 pada 11 Agustus mendatang itu. Gara-gara kantong bokek, manajemen harus berlama-lama membayar gaji pemain.
Akibat pembekuan, laga Arema melawan Persib Bandung pada Jumat (1/4) pun terancam batal. Kalau batal, maka Arema bakal kehilangan pendapatan bersih antara Rp 700 juta sampai Rp 800 juta dari pendapatan kotor sekitar Rp 1 miliar.
Sebagai gambaran, dari partai melawan Persipura (Minggu, 6/2), Arema membukukan pemasukan kotor sebesar Rp 1,1 miliar dari penonton sebanyak 36.942 orang, dengan pendapatan bersih Rp 600-an juta. Waktu itu Arema menang 1-0.
Dari laga melawan Persiwa Wamena (Kamis, 10/2) mengantongi Rp 700-an juta dari 24.425 orang penonton. Arema menang telak 3-0. Sedangkan dari menjamu Sriwijaya pada Minggu (27/3), yang berakhir imbang 1-1, Arema mendapat pemasukan bersih Rp 600-an juta pula.
Target mengantongi fulus hingga Rp 1 miliar sebenarnya sudah dicanangkan Arema sejak Jumat, 13 November 2009. Target itu dipasang untuk tiap laga akbar (big match) di Stadion Kanjuruhan.
Hasilnya, dalam kurun 30 September sampai Desember 2009, Arema mengantongi pendapatan kotor Rp 3,2 miliar yang bersumber dari tiga laga ujicoba dan enam pertandingan LSI. Arema mengantongi pendapatan kotor Rp 2,4 miliar, dengan pendapatan bersih Rp 1,7 miliar dari sisa enam pertandingan kandang.
Setelah dipotong untuk pembayaran komisi Rp 102 juta, biaya kandang Rp 675 juta dan biaya lain sebesar Rp 325 juta, maka total pendapatan bersih yang dibukukan sebesar Rp 2,1 miliar.
Arema sangat mencemaskan dampak terburuk dari pembekuan PSSI, yakni sanksi pembekuan status keanggotaan Indonesia di jagat persepakbolaan oleh FIFA karena FIFA menilai intervensi pemerintah sudah keterlaluan. Pemerintah dinilai sudah tak lagi mengedepankan nilai-nilai suportivitas.
“Kalau itu yang terjadi, maka yang dirugikan semua komponen persepakbolaan kita. Khusus Arema, yang paling dirugikan dari keputusan pemerintah itu adalah Aremania (suporter Arema) sendiri,” kata dia.
sumber: arenaku.com
The Power of Football
"Sebelum pertandingan, seluruh keluarga besar sepak bola di Eropa harus berdiri dan bersatu di dalam stadion pekan ini. Kita harus menunjukkan simpati mendalam dan dukungan penuh kepada masyarakat Jepang."
Inilah perintah Presiden UEFA Michel Platini yang diwujudkan dalam bentuk a minute's of silence sebelum laga Liga Champion dan Liga Europa tengah pekan ini.
Platini mengajak anggotanya terus mendukung masyarakat Jepang agar tetap kuat menghadapi tragedi yang mengerikan itu.
"With you Japan". Melalui layar kaca, sungguh kita bisa merasakan kekuatan sepak bola yang menembus segala batas. Pertandingan UEFA Champions League yang dimainkan Selasa dan Rabu, serta UEFA Europa League pada Kamis yang di gelar di Benua Eropa ditujukan untuk mendukung korban tsunami dan gempa bumi di negara Kaisar Akihito.
Di Stadion Anfield, ketika Liverpool menjamu Braga dalam duel Liga Europa (17/3), kita bisa melihat berbagai spanduk dan syal bertuliskan tanda simpati kepada Jepang.
Makna kalimat sakti "You'll Never Walk Alone" pun bak janji kepada masyarakat Jepang bahwa mereka tidak sendirian menanggung derita.
Melalui sepak bola, kita diajak untuk merasakan duka mendalam korban bencana di Negeri Matahari. Seperti halnya sumbangan aktris Hollywood Sandra Bullock sebesar 1 juta dolar Amerika, dunia diminta bersatu meringankan beban masyarakat di sana.
Gempa bumi berkekuatan 9 skala richter yang menimbulkan gelombang tsunami mencapai 10 meter bukan perihal biasa. Duka Kota Sendai jelas mengingatkan kita akan bencana serupa yang melanda Aceh dan Nias pada Desember 2004 dengan kekuatan 9,3 skala richter.
Kepedulian sepak bola terhadap bencana kemanusiaan menunjukkan kekuatan lain olah raga ini. Sadar turnamen miliknya ditonton banyak manusia di muka bumi, UEFA memainkan peran sosial dengan mendorong kepedulian terhadap korban bencana tsunami di Jepang.
Sepak bola telah berulang kali membuktikan mampu menggerakkan orang banyak, menyatukan mereka, baik itu pria dan wanita, anak-anak dan orang tua. Football sudah menunjukkan kekuatan team work, dan kebersamaan itu dapat menghadirkan persatuan serta perdamaian.
Masih ingat kerusuhan di negara ini, khususnya di Ibu Kota, pada Mei 13 tahun lalu? Diawali krisis finansial dan tragedi Trisakti, Jakarta seperti kota mati dan penuh dengan kekerasan. Duka menyelimuti bangsa kita, isak tangis dan teriak minta tolong bak nyanyian Ibu Pertiwi.
Tapi lihatlah apa yang sepak bola berikan untuk mengobati luka kita. Sejak 10 Juni hingga 12 Juli 1998, FIFA menyediakan penawar sakit bernama Piala Dunia yang digelar di Prancis. Memang tidak menghilangkan sakit atau mengembalikan nyawa yang hilang, tapi sepak bola sungguh meredam gejolak yang bisa menambah parah Indonesia.
Sontak, perhatian yang terpusat ke Prancis menjadi alat perekat bangsa yang sungguh rentan terpecah-belah.
Sejumlah tokoh di Republik Demokratik Kongo juga sadar apa yang sepak bola bisa berikan untuk menyatukan bangsa mereka. Perang saudara berlangsung berkepanjangan sejak 1998 telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara tersebut.
Sebuah badan bernama Football Inter Communautaire (FIC) mengerti betul kekuatan yang dimiliki sepak bola. Salah satu program mereka bernama "How to use the power of football to educate youth and communities."
Ratusan orang yang berbeda sikap dan paham di Kongo terbukti bisa menikmati pertandingan sepak bola secara bersama-sama dalam sebuah stadion. FIC menyatukan komunitas berbeda dengan memakai kekuatan sepak bola.
Oh ya, seperti apa jawaban Anda bila ditanyakan, "Apakah satu dari sedikit kesamaan antara anak-anak Arab dan yahudi?"
Pernah mendengar nama Forsan Hussein? Anak lelaki ini lahir dan dibesarkan di lingkungan Arab yang tertutup di Israel (sebanyak 20% populasi Arab ada di Israel). Ia hanya mengerti bahasa Arab dan berteman hanya dengan anak-anak di lingkungannya yang tertutup itu.
Suatu ketika, saat Forsan berusia 10 tahun, ia keluar dari kelompoknya dan bertemu anak-anak Yahudi yang bercakap-cakap dengan bahasa yang tak ia mengerti.
Tapi anak-anak itu dengan cepat menyatu dalam "perbincangan" memakai bahasa sepak bola. Ya, bermain dengan si kulit bundar menghancurkan perbedaan itu.
"Ketika anak-anak bermain dalam sebuah tim, mengoper bola di antara mereka, saling memberi dukungan demi tujuan mencetak gol, mereka mematahkan rintangan dan membangun persahabatan kekal," ujar Forsan Hussein yang ketika dewasa bekerja di Soccer for Peace, sebuah yayasan di New York yang rutin mengorganisasikan pemusatan latihan sepak bola bagi anak-anak Arab dan Yahudi.
Bisakah Anda membayangkan setiap Sabtu keluarga Arab dan Yahudi duduk memberi dukungan kepada tim yang sama?
Itulah kekuatan sepak bola. Masih ingat cerita bagaimana Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela memakai football sebagai alat perdamaian dan pemersatu bangsa?
Lalu, kenapa energi dan perhatian kita belakangan ini terkuras oleh pertikaian di dunia sepak bola Tanah Air? Kenapa the power of football di Indonesia pemakaiannya berbeda?
Sepakbola Kita Harapan, Bukan Kematian
"Bung, apakah sepak bola kita menuju kematian?"
Begitu sebuah pertanyaan yang datang dari pembaca BOLA pada Kamis malam kemarin. Pemilihan kata-kata yang sungguh tak terbersit dalam benak saya. Masak sih sepak bola kita menuju kematian?
Tentu tak salah bila ingatan saya kembali kepada sosok Bill Shankly. Mantan pesepak bola era 1920 dan 30-an yang namanya melambung ketika menjadi pelatih Liverpool (1959-74), punya pandangan unik tentang sepak bola.
"Sebagian orang meyakini sepak bola itu tentang hidup dan mati. Saya sungguh kecewa dengan sikap itu. Saya pastikan pada Anda, sepak bola lebih penting dari itu."
Wuih, terkesan menyeramkan, bukan? Benarkah sepak bola lebih vital dari hidup dan mati manusia?
Ketika sepak bola sudah menjadi bagian dalam kehidupan seseorang, makna olah raga ini memang sungguh dahsyat. Sampai-sampai seorang Hugo Sanchez, legenda sepak bola asal Meksiko yang pernah membela Real Madrid, mengajak kita memuja penemu football.
Pernah mendengar nama Anthony Burgess? Dia seorang penulis asal Inggris yang juga mencoba mengaitkan posisi olah raga ini dengan Sang Pencipta. Begini katanya, "Kita punya lima hari untuk bekerja. Hari ketujuh adalah hari Tuhan, sedangkan hari keenam merupakan milik sepak bola."
Lalu, kematian dalam sepak bola membawa saya mengenang nama-nama seperti: Andres Escobar, Marc-Vivien Foe, Robert Enke, Antonio Puerta, hingga Abdon Porte.
Abdon Porte? Bagi kita, sosok ini jelas tak setenar nama-nama yang meninggal dunia terkait sepak bola. Porte lahir tahun 1880 di Montevideo, Uruguay. Semasa membela tim Nacional (1911-18), Porte dikenal sebagai seorang gelandang brilian.
Pers di Uruguay menjulukinya sebagai pemain dengan kaki tiga berkat kekuatan kepalanya. Melihat Porte mulai merangsek maju, bek-bek lawan disebut ketakutan seperti burung melihat kucing datang hendak menerkam.
Porte adalah sosok sederhana, rendah hati, dan tidak bisa menulis. Tapi sebagai seorang pemain sepak bola di Nacional, dia adalah bintang andalan dengan pendapatan 50 pesos, jumlah yang besar saat itu.
Dia kemudian menjadi idola di mata pendukung sepak bola Uruguay setelah membantu negara tersebut menjuarai edisi kedua Copa America (1917) yang digelar di Kota Montevideo, Uruguay.
Tapi, Porte sulit menerima hukum alam. Setelah melakoni ratusan pertandingan bersama Nacional, penampilannya mulai menurun. Kerap kali ia menerima siulan cemooh penonton.
Abdon Porte seperti jatuh dari langit. Ketika pelatih Nacional mulai rutin menempatkannya di bangku cadangan, Porte tak siap melihat orang-orang di sekitar berbisik-bisik membicarakan dirinya, termasuk rekan sendiri.
Ketika usianya belum terlalu senja untuk ukuran sepak bola waktu itu, 38 tahun, ia tak siap melihat kemuliaan berlalu melewatinya tanpa sempat menyapa.
Aneh bin ajaib, setelah lama menjadi pemain cadangan, pada 5 Maret 1918, saat melakoni laga ke-207 untuk Nacional, pelatih mengembalikan Porte ke lapangan Estadio Gran Parque Central. Hari itu ia bermain baik dan membawa Nacional menang 3-1. Tapi keesokan paginya, tubuh Porte ditemukan tergeletak tak bernyawa bersama pistol di dekat tubuhnya.
Tengah malam usai pertandingan, ketika hujan deras dan petis menyambar, Porte memutuskan kembali ke Estadio Gran Parque Central dan mengakhiri hidup di lapangan yang telah membesarkan namanya.
Dalam, surat wasiatnya, pria yang mengawali karier sepak bola profesionalnya di klub Colon itu menyebut tak akan pernah melupakan masa-masa indahnya bersama Nacional dan timnas Uruguay.
Sepak bola telah mengantar Abdon Porte ke panggung mewah yang tak pernah dibayangkannya. Namun semua keindahan dan keagungan itu tak sanggup dilepas dan berakhir pada sebuah keputusan bodoh: bunuh diri.
Kalau sudah begini, bukankah ucapan Bill Shankly menjadi penuh teka-teki?
Eh, ngomong-ngomong, kenapa sih si pembaca BOLA tadi punya pemikiran tentang kematian sepak bola Indonesia?
Tak perlu heran bila ia mengaitkan dengan situasi dalam dunia sepak bola Indonesia saat ini. Sang pembaca adalah penduduk Kota Pekan Baru, tempat berlangsungnya Kongres PSSI untuk memilih Komite Pemilihan dan Komite Banding (25-27 Maret).
Dalam SMS yang ia kirimkan, terbersit nada khawatir dan pasrah terhadap masa depan sepak bola di Tanah Air. Ia takut, kegembiraan yang selama ini didapat setiap menyaksikan pertandingan sepak bola berubah menjadi tontonan memuakkan yang menyajikan pertarungan kepentingan sekelompok orang.
"Awak ni," demikian ia menyebut dirinya, "tak peduli dengan spanduk-spanduk kontra dan pro pengurus sekarang. Situasi ini semakin menjijikkan. Lama-lama sepak bola kita main di atas kuburan!"
Hmm, sulit bagi saya membangkitkan kembali kepercayaannya kepada tujuan sepak bola lahir di dunia ini. Sebuah kalimat ampuh saya sampaikan melalui telepon seluler yang malam itu baterainya sudah lemot, "Football is about hope. Jangan pernah berhenti berharap. Jangan pernah putus asa menikmati kemurnian drama-drama sepak bola."
Kapan hal itu akan terjadi di Indonesia? Ah, untungnya kalimat terakhir saya kepada rekan di kota kelahiran saya itu diakhiri dengan kalimat, "Maaf, baterai HP sudah mau habis nih."
sumber: bolanews.com
Skuad Terbaik Juventus Dekade ini
Dalam 10 tahun terakhir, banyak kejadian yang menarik terjadi dalam sepakbola Italia. Dua klub Ibukota Lazio dan AS Roma memulai awal dekade dengan menjadi juara. Juventus sempat memegang dominasi Scudetto disusul AC Milan.
Krisis The Calciopoli pada 2006 memberikan sinyal perubahan kekuasaan. Juve harus kehilangan dua gelar dan terdegradasi ke Serie B. Bagian dari keputusan adalah mengangkat Inter Milan sebagai juara baru yang mendapat Scudetto, sekaligus melengkapinya di musim 2007, 2008 dan 2009.
Namun, dalam perjalanan 10 tahun tersebut tidak bisa menghilangkan nama Juventus begitu saja. Nama Nyonya Besar tetap ditempatkan sebagai tim terbaik Italia. Aku coba menyusun skuad terbaik Bianconeri dalam satu dekade tersebut,
Formasi Tim: 4-4-2
Gianluigi Buffon (2001- sekarang)
Gianluigi Buffon mungkin sudah melewati masa emasnya sebagai kiper terbaik Italia dan dunia. Namun, nama Buffon saat ini tetap masuk dalam jajaran kiper terbaik di dunia. Tiba pada 2001 dari Parma, Buffon memecahkan rekor transfer kiper termahal dengan 52 juta euro.
Tapi harga tersebut langsung dibayar Gigi dengan penyelamatan-penyelamatan terbaik. Buffon mengantarkan Juve merengkuh Scudetto pada musim pertamanya, selanjutnya ditambah tiga gelar Scudetto (dua gelar harus dianulir karena Calciopoli). Buffon memegang enam titel Kiper Terbaik Serie A, tiga kali kiper terbaik UEFA dan mendapat Bola Perak 2006. Hingga saat ini Buffon masih pilihan utama di bawah mistar Juve dan Timnas Italia.
Lilian Thuram (2001-06)
Menjadi pesaing dari Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta sebagai defender terbaik di awal dekade 2000. Tidak dapat disangkal jika Thuram adalah bek terbaik Prancis sepanjang masa. Thuram juga bergabung dengan Juventus dari Parma pada 2001 dengan nilai transfer yang besar.
Dalam lima musim berkarier di Delle Alpi, Thuram kerap memainkan dua posisi, yakni sebagai bek kanan dan bermain di posisi favoritnya, sebagai bek tengah. Thuram adalah gambaran pemain seperti batu karang yang sulit ditembus, pergerakannya cepat, kuat, tak terkalahkan di udara dan ahli menerapkan taktik.
Permainan terbaiknya yang dikenang sepanjang masa adalah perempat final Liga Champions 2003 melawan Barcelona, di Nou Camp. Itu adalah penampilang paling sempurna dari Thuram.
Fabio Cannavaro (2004-06 & 2009- )
Kendati sudah menginjak usia 35 tahun, Fabio Cannavaro meilih untuk kembali membela Juventus. Canna pernah menghabiskan dua musim di Turin antara kurun 2004 hingga 2006. Salah satu pembelian terbaik Luciano Moggi dan penjualan paling aneh Inter Milan.
Cannavaro bergabung dengan Juve sebagai bagian dari pertukaran dengan kiper Fabian Carini. Pemain yang besar di kota Napoli ini bersama dua rekannya asal Parma, Thuram dan Buffon, menciptakan pertahanan kokoh. Canna menjadi bek terbaik dunia di musim terakhirnya dengan Juve dan membawa Italia menjadi juara dunia 2006. Gelar itu mengantarkannya mendapat gelar Ballon d'Or.
Paolo Montero (1996-2005)
Salah satu defender terkuat dalam sejarah Serie A. Montero masih memegang rekor pemain yang paling sering mendapat kartu merah di Italia. Kendati buruk dalam hal disiplin, pemain asal Uruguay ini adalah jajaran defender papan atas dunia selama berkarier dengan Juve.
Montero adalah sosok bek yang sangat mengenal sebuah pertandingan. Dia sangat professional. Tahu semua trik pemain depan lawan. Bila tidak mendapatkan bola, maka Montero akan menerjang pemainnya. Sayang, Montero tidak beruntung di tiga laga final Liga Champions, termasuk pada musim 2003.
Gianluca Pessotto (1995-2006)
Satu dari defender di atas rata-rata pada generasinya. Pessotto pernah menjadi headline di Italia, setelah percobaan bunuh dirinya, ketika Juve tersangkut skandal Calciopoli. Posisi utama Pesotto adalah bek tengah, namun dia bisa ditempatkan sebagai bek kiri dan kanan serta pemain sayap tengah.
Pesotto adalah type pemain yang mungkin tidak mementingkan teknik tinggi. Namun, Pesotto lebih mementingkan permainan efisien. Umpan silangnya kerap berujung gol.
Mauro Camoranesi (2002-sekarang)
Mauro Camoranesi adalah pemain yang namanya besar di Juventus. Bergabung dengan Juve pada usia 26 dari klub kecil Verona pada 2002. Pemain berdarah Argentina ini memiliki skill bagus dan dribbling bola yang baik. Posisinya tidak tergantyikan dalma tujuh musim di Juve, sayang cedera membuatnya kerap absen. Posisinya sebagai winger kanan, memberikan Marcello Lippi ide untuk menjajal Gianluca Zambrotta sebagai bek sayap.
Edgar Davids (1996-2004)
Pemilik kandidat gelandang bertahan terbaik dalam generasinya. Ketika masih bermain, jarang ada pemain lawan yang mau beradu kekuatan dengan Davids. Pemain asal Belanda ini benar-benar menggunakan julukannya, yakni The Pitbull. Davids dikenal punya tekel yang keras dan baik. Patrick Viera dan Emerson gagal menggantikan perannya. Kini Juve punya Momo Sissoko yang dianggap bisa berperan sebagai Davids.
Pavel Nedved (2001-2009)
Pavel Nedved diboyong Juventus untuk diplot sebagai pengganti Zinedine Zidane pada 2001. Juventus harus membayar 41 juta euro kepada Lazio, untuk mendapatkan jasa Nedved. Saat itu tidak ada yang bisa memprediksi apakah Nedved bisa menggantikan peran vital Zidane. Nyatanya, pemain asal Rep Ceska ini mampu menjadi starter dan posisinya tidak tergantikan hingga ia memutuskan mundur dari sepakbola di akhir musim lalu.
Nedved dianggap sebagai gelandang terbaik dari Eropa Timur, yang memiliki kemampuan lengkap. Pemain berambut panjang ini punya masa emas pada musim 2002/2003 kala mendapat gelar Ballon d'Or. Sayang dia gagal mengantarkan Juve juara Liga Champions, setelah harus absen di final melawan AC Milan yang kala itu digelar di Old Trafford. Gol spekatakuler diciptakannya pada perempatfinal melawan Barcelona dan Real Madrid di semifinal.
Gianluca Zambrotta (1999-2006)
Banyak orang melupakan Zambrotta hingga 2002-03, Zambrotta adalah bagian dari gelandang Juventus. Kehadiran Camoranesi membuat Lippi menjajal Zambrotta ke posisi bek, yang ternyata bsia diperankannya dengan baik Antara 2004 dan 2006, Zambrotta adalah jajaran bek terbaik dunia.
Kelebihannya adalah tak kenal lelah dan kerap membantu serangan. Zambrotta punya intelejensi bermain yang baik dan umpan silang yang bagus. Mantan pemain Bari ini juga punya tekel yang sempurna.
Alessandro Del Piero (1993-sekarang )
Pemilik rekor bertanding dan top skorer Juventus ini adalah ikon Juventus. Bukan kejutan jika namanya masuk dalam Tim Dekade Juventus. Kendati pernah mendapat saingan dari Zlatan Ibrahimovic, Adrian Mutu, Vincenzo Iaquinta dan Amauri, The Golden Boy tetap menjadi pilihan utama setiap pelatih Juve.
Pemain yang punya seribu trik untuk mengelabuhi lawan ini, juga terkenal spesialis bola mati. Tendangan bebasnya ditakuti semua kiper Serie A. Del Piero juga terkenal cocok ditandemkan dengan siapapun, dari mulai Filippo Inzaghi hingga Amauri. Yang paling fenomenal tentu saja bersama David Tezeguet.
David Trezeguet (2000-2010)
Juventus memboyong David Trezeguet untuk menggantikan peran Inzaghi yang dilepas ke AC Milan. Pemain asal Prancis ini bergabung dari Monaco pada musim 2000, ia sukses mencetak 15, 32, 13, 22, 14, 29, 15 dan 20 gol pada delapan musim pertamanya di Serie A. Trezegol adalah pemain asing yang menjadi top skorer di Turin. Trezeguet kini bermain di Hercules, Liga Spanyol. Trezeguet dikenal memiliki telepati dengan Del Piero, hingga menjadi duet maut di lini depan.
Skuad Terbaik JuveKiper: Buffon
Bek: Thuram - Cannavaro - Montero - Pessotto
Tengah: Camoranesi - Davids - Nedved - Zambrotta
Depan: Trezeguet - Del Piero
FIFA Bantah Pernyataan Nugraha Besoes
Perwakilan FIFA yang memantau jalannya kongres adalah Frank van Hattum, presiden Federasi Sepakbola Selandia Baru. Hattum melalui email membantah bahwa keselamatannya terancam sehingga meminta kongres dibatalkan. "Saya tegaskan, sama sekali saya tidak melansir pernyataan apa pun kepada media dan pernyataan yang dikaitkan dengan saya adalah berita palsu," ujarnya.
FIFA juga mengatakan klaim dari Sekjen PSSI bahwa FIFA yang memutuskan untuk membatalkan Kongres PSSI karena alasan keamanan sama sekali tidak benar. Sebaliknya, pemantau FIFA sudah berulang kali meminta untuk mendatangi tempat kongres dan dihalangi oleh pemimpin PSSI. "FIFA sudah menerima laporan resmi dari pemantau. FIFA akan meneruskan kepada badan yang bersangkutan untuk membuat keputusan," ujar pernyataan FIFA.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, PSSI membatalkan kongres untuk memilih anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding. PSSI mengatakan, pembatalan merupakan keputusan Komite Eksekutif PSSI, perwakilan AFC, dan FIFA karena kondisi yang kacau menjelang kongres.
Cerita Petrokimia Putra Gresik
1 April KRL Express Ditiadakan
"KRL berjalan secara berurutan sesuai jadwal. Tidak ada lagi perjalanan KRL Ekspres dan untuk jadwal perjalanan menyusul," kata Kepala Humas Daops I PT KA, Mateta Rizalulhaq, kepadaprimaironline.com, Jakarta, Selasa (29/3)
Menurut Mateta, pemberlakuan aturan ini untuk memudahkan para pengguna jasa kereta api untuk memilih menggunakan jasa KRL Ekonomi, AC Ekonomi, atau Ekspres, serta agar tidak terjadi penumpukan penumpang di setiap Stasiun. "Selama ini banyak terjadi penumpukan penumpang di stasiun-stasiun," jelas dia
Namun sayangnya, Mateta tidak tahu apakah nanti akan ada perubahan tarif KRL Ekspress, tarif KRL Ekspres yang sekarang Rp11.000 akan diturunkan sama dengan Ekonomi AC, atau tetap sama.
"Saya belum tahu apakah nanti ada penurunan tarif KRL Ekspres atau tidak. Tapi dikira-kira tarif Ekspres antara Rp6.000 hingga Rp7.000," tandas Mateta.
sumber: okezone.com
Sebenarnya menurutku yang juga pemakai jasa kereta api commuter, hal ini sangat disayangkan. Bukannya mengkasta-kastakan masyarakat. Para pengguna jasa kereta api ini pun mempunyai tujuan masing-masing, ada yang mengejar kenyamanan dan ketepatan waktu, serta ada juga yang mencari yang murah.(kayak aku yang mahasiswa pas-pasan,hhe)
Aku juga sering menggunakan kereta api express untuk mengejar ketepatan waktu. Amat disayangkan bila kereta express dihentikan di tiap stasiun. Mungkin alangkah baiknya adalah penghapusan KRL ekonomi dan memperbanyak AC Ekonomi. Tentu saja ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kerja dari PT. KA itu sendiri.
8 Kecerdasan Yang Luar Biasa