Menyusul pembekuan PSSI oleh Menpora Andi Mallarangeng, termasuk menarik semua aset-aset yang digunakan PSSI pimpinan Nurdin Halid, ternyata Arema Indonesia mengaku sangat dirugikan dengan pembekuan ini.
Menurut Pelaksana Harian PT Arema Indonesia, Abriadi Muhara, yang juga merangkap asisten manajer klub Singo Edan, pembekuan PSSI menjadi bukti pemerintah tidak adil.
“Seharusnya Menteri Negara Pemuda dan Olahraga jadi penengah yang baik, yang bisa memberikan solusi yang adil bagi semua pihak. Sekarang masalah jadi tambah rumit karena yang rugi kita semua,” kata Abriadi Muhara, Selasa (29/3) seperti dilansir dari tempointeraktif.
Kerugian terbesar dialami klub-klub peserta semua kompetisi di bawah naungan PSSI, khususnya bagi Arema, Persipura Jayapura, dan Sriwijaya FC.
Ketiga klub papan atas ini tak hanya bermain di Liga Super Indonesia (LSI), tapi juga bermain di tingkat Asia. Arema berlaga di Liga Champion Asia (LCA), sedangkan Persipura bertanding di Piala AFC—satu tingkat di bawah LCA.
Abriadi menegaskan, “Arema, Persipura, dan Sriwijaya itu tidak hanya mempertaruhkan nama klub dan kebanggaan pendukungnya, tapi juga membawa nama negara ke pentas dunia. Ini kan pertaruhannya besar sekali bagi masa depan persepakbolaan kita.”
Khusus Arema, kerugian yang dialami Arema bersumber dari kemungkinan hilangnya pemasukan besar dari penjualan tiket pertandingan di saat Arema sangat membutuhkan dana besar untuk membiayai operasional klub yang akan berulang tahun ke-24 pada 11 Agustus mendatang itu. Gara-gara kantong bokek, manajemen harus berlama-lama membayar gaji pemain.
Akibat pembekuan, laga Arema melawan Persib Bandung pada Jumat (1/4) pun terancam batal. Kalau batal, maka Arema bakal kehilangan pendapatan bersih antara Rp 700 juta sampai Rp 800 juta dari pendapatan kotor sekitar Rp 1 miliar.
Sebagai gambaran, dari partai melawan Persipura (Minggu, 6/2), Arema membukukan pemasukan kotor sebesar Rp 1,1 miliar dari penonton sebanyak 36.942 orang, dengan pendapatan bersih Rp 600-an juta. Waktu itu Arema menang 1-0.
Dari laga melawan Persiwa Wamena (Kamis, 10/2) mengantongi Rp 700-an juta dari 24.425 orang penonton. Arema menang telak 3-0. Sedangkan dari menjamu Sriwijaya pada Minggu (27/3), yang berakhir imbang 1-1, Arema mendapat pemasukan bersih Rp 600-an juta pula.
Target mengantongi fulus hingga Rp 1 miliar sebenarnya sudah dicanangkan Arema sejak Jumat, 13 November 2009. Target itu dipasang untuk tiap laga akbar (big match) di Stadion Kanjuruhan.
Hasilnya, dalam kurun 30 September sampai Desember 2009, Arema mengantongi pendapatan kotor Rp 3,2 miliar yang bersumber dari tiga laga ujicoba dan enam pertandingan LSI. Arema mengantongi pendapatan kotor Rp 2,4 miliar, dengan pendapatan bersih Rp 1,7 miliar dari sisa enam pertandingan kandang.
Setelah dipotong untuk pembayaran komisi Rp 102 juta, biaya kandang Rp 675 juta dan biaya lain sebesar Rp 325 juta, maka total pendapatan bersih yang dibukukan sebesar Rp 2,1 miliar.
Arema sangat mencemaskan dampak terburuk dari pembekuan PSSI, yakni sanksi pembekuan status keanggotaan Indonesia di jagat persepakbolaan oleh FIFA karena FIFA menilai intervensi pemerintah sudah keterlaluan. Pemerintah dinilai sudah tak lagi mengedepankan nilai-nilai suportivitas.
“Kalau itu yang terjadi, maka yang dirugikan semua komponen persepakbolaan kita. Khusus Arema, yang paling dirugikan dari keputusan pemerintah itu adalah Aremania (suporter Arema) sendiri,” kata dia.
sumber: arenaku.com
Widget by [ Tips Blogger ]
0 comments:
Post a Comment